Senin, 07 Maret 2011

Perang Informasi

Seorang pakar Perang Informasi dari USAF Colonel Alan D. Campen pernah mengatakan bahwa “Perang Informasi merupakan suatu tindakan secara langsung atau tidak langsung yang dilakukan untuk memanipulasi, meniadakan, mengacaukan atau menghancurkan informasi dan sistem informasi lawan, baik pada masa damai, pada masa krisis atau pada masa perang yang menyentuh pada bidang sosial, ekonomi, industri atau sistem informasi elektronik militer”. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan bidang informasi atas lawan serta untuk mempengaruhi perilaku, menangkal atau mengakhiri konflik atau jika gagal, untuk memenangkan perang dengan cepat dengan pengeluaran modal, sumber daya dan personel yang minimum serta korban yang minimum dikedua belah pihak.
Perang Informasi meliputi tindakan-tindakan yang diambil untuk menjaga integritas sistem informasi sendiri dari segala bentuk eksploitasi, korupsi, atau kehancuran pada saat kita memanfaatkan, mengacaukan atau merusak informasi lawan, manakala kita memperoleh keuntungan informasi dari penggunaan kekuatan. [Royal Australian Air Force, Fundamental of Australian Aerospace Power, August 2002]. Jadi Perang Informasi tidak pernah mengenal dimensi waktu baik pada masa damai maupun pada masa perang, serta informasi dapat mempengaruhi perilaku dalam memenangkan suatu peperangan tanpa pengorbanan biaya dan jiwa yang besar.
Pada banyak literatur pengertian Perang Informasi banyak mengarah pada pengertian tentang perang media atau opini yang menjurus pada propaganda. Namun bila dilihat pada literatur lain, pengertian Perang Informasi menyangkut 3 aspek: Perang Komando dan Pengendalian, Perang Elektronika, dan Psychological Warfare.
Perang Komando dan Pengendalian (Kodal). Perang kodal merupakan perang yang dilakukan secara terpadu pada operasi-operasi pengamanan, pengelabuan militer, perang elektronika, perang psikologi dan penghancuran fisik yang didukung oleh intelijen untuk mengurangi/ mempengaruhi efektivitas kodal lawan. Penggunaan Perang Informasi pada sistem kodal dalam operasi militer dapat bersifat offensif maupun defensive. Adapun jenis Perang Informasi dalam sistem kodal adalah: (1) Serangan pada Kodal. Serangan pada sistem kodal bertujuan untuk mencegah efektifitas dan kekuatan kodal lawan dengan cara melakukan tindakan menyerang (offensif) terhadap sistem kodal lawan; (2) Perlindungan pada Kodal. Perlindungan terhadap informasi kodal bertujuan untuk mempertahankan efektifitas sistem kodal, dengan cara membelokkan dan meniadakan setiap upaya lawan dalam mempengaruhi kodal kawan/sendiri.
Perang Elektronika. Perang elektronika merupakan suatu tindakan militer yang melibatkan penggunaan energi elektromagnetik yang diarahkan untuk mengendalikan, mengurangi atau menyerang spektrum elektomagnetik lawan, guna menjamin efektifitas penggunaan spektrum elektromagnetik sendiri. Dalam perang elektronika digolongkan dalam tiga bagian yaitu: (1) Dukungan Elektronika (Electronic Support). Dukungan Elektronika (Electronic Support) lazim dikenal dengan nama Electronic Support Measures (ESM), merupakan perang elektronika yang melibatkan tindakan untuk mencari, menangkap, mengenali dan menentukan sumber energi elektromagnetik yang dipancarkan dengan sengaja atau tidak sengaja dengan maksud mengenali dan mengetahui sasaran untuk merencanakan operasi selanjutnya; (2) Serangan Elektronika (Electronic Attack). Serangan Elektronika merupakan tindakan ofensif yang menggunakan gelombang elektromagnetik, dengan maksud mengurangi atau melumpuhkan efektifitas kemampuan elektronika musuh. Serangan elektronika dahulu dikenal dengan nama Electronic Counter Measures (ECM). Contoh dari serangan elektronika antara lain jamming dan pengelabuan elektromagnetik; (3) Perlindungan Elektronika (Electronic Protection). Perlindungan Elektronika dahulu dikenal dengan istilah Electronic Counter-Counter Measures (ECCM) merupakan perang elektronika yang melibatkan sarana pasif dan aktif untuk melindungi personel, fasilitas dan perlengkapan dari setiap efek pernika kawan atau lawan yang dapat menurunkan, menetralisasi serta menghancurkan kemampuan tempur kawan.
Psychological Warfare. Perang psikologi meliputi berbagai rencana yang digunakan untuk melakukan propaganda yang tujuan utamanya mempengaruhi opini, emosi, sikap dan perilaku dari serangan kelompok musuh (asing) disamping dapat digunakan untuk mempengaruhi opini, emosi, sikap dan perilaku kelompok sendiri (warga negara) dalam mendukung tujuan nasional.
Dalam Ensiklopedia Internasional dirumuskan secara singkat bahwa “perang psikologi merupakan aplikasi dari psikologi dalam pelaksanaan suatu peperangan dengan tujuan untuk memperoleh kemenangan tanpa kekerasan” [Prof. Drs.Onong Uchjana Effendy,MA; Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek; PT.Remaja, 1997]. Kegiatan yang biasa dilakukan dalam psycological warfare bersifat propaganda.
Beberapa jenis propaganda antara lain: (a) White Propaganda. Propaganda putih merupakan aktifitas yang dilakukan secara terang-terangan terutama di media dengan maksud mendapat simpati dari pihak sendiri seperti tentang keberhasilan dalam pelaksanaan pertempuran dengan menyiarkan melalui televisi, radio atau media lain; (b) Black Propaganda. Propaganda hitam merupakan propaganda terselubung yang tidak dikenal sumbernya, propaganda ini bersifat merugikan yang dapat menjatuhkan mental atau sikap dan emosi lawan dengan maksud dapat mematahkan semangat lawan; (c) Gray Propaganda. Merupakan propaganda yang tidak jelas identitasnya antara sumber yang bersahabat atau sumber pihak musuh yang tidak bersahabat. Beberapa ahli menilai bahwa propaganda ini sebagi propaganda hitam yang kurang mantap karena masih bersifat samar.
Pada tahun 1939 menjelang Perang Dunia II, penerbit Harcourt, Brace and Company di Amerika mengeluarkan buku yang berjudul “The Fine Art of Propaganda” yang sekarang dikenal sebagai “The Devices of Propaganda”, telah mengelompokkan propaganda menjadi 7 jenis yaitu: Name calling (Penggunaan nama ejekan), Glittering generality (Penggunaan kata-kata muluk), Transfer (Pengalihan), Testimonial (Pengutipan), Plain Folks (Perendahan diri), Card Stacking (Pemalsuan), dan Bandwagon (Hura-hura). Dari 7 jenis propaganda meskipun sudah berusia lebih dari 50 tahun, namun sampai sekarang masih banyak dijadikan sebagai bahan kajian dalam berbagai literatur karena dalam praktek di lapangan cukup berhasil dalam penyelenggaraan perang modern.